NAMA RAYHAN FATHURRAHMAN NASUTION
Batak Angkola
(Surat Batak: ᯄᯞᯄ᯦᯲ ᯅᯖᯄ᯦᯲ ᯀᯰᯄ᯦ᯬᯞtransliterasi: Halak Batak Angkola) merupakan salah satu kelompok etnis Batak. Tanah ulayat Batak Angkola berada di wilayah selatan Tapanuli, yakni meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan sebagian Kabupaten Mandailing Natal. Suku Batak Angkola memiliki hubungan kekerabatan (tarombo) dengan marga-marga Batak Toba dan Batak Mandailing. Di samping itu, ketiganya juga saling berbagi beberapa persamaan bahasa dan budaya yang dihidupi sebagian besar masyarakatnya.
Wilayah Sebaran
Selama ini banyak orang menganggap
penduduk asli Tapanuli Selatan semuanya
etnis Mandailing dan sebagian Batak
Toba. Anggapan ini sangat keliru. Tapanuli Selatan sebelum pemekaran
wilayah menjadi Tapanuli Selatan (Ibu Kota Padang Sidempuan, kemudian Sipirok). Mandailing Natal (beribu
kota Panyabungan). Sejak dahulu kala
dihuni oleh penduduk asli yang terdiri dari etnis Angkola dan Mandailing.
Etnis Batak Angkola mayoritas mendiami Tapanuli Selatan sekarang,
ditandai dengan dominasi marga Harahap dan Siregar.
Mandailing memang mayoritas mendiami daerah Mandailing Natal yang sekarang,
dengan dominasi marga Nasution dan Lubis.
Dalam sejarah Tapanuli Selatan dijelaskan, Angkola mengandung dua
arti penting. Angkola bisa diartikan sebagai suatu wilayah, teritori atau
daerah. Makna lain, Angkola adalah sebuah etnik berdiri
sendiri dan asli di Sumatra Utara ini.
Angkola adalah Etnik
Jauh sebelum penjajah Belanda menjejakkan kaki di bumi persada ini,
telah ada penduduk yang mendiami wilayah Angkola. Diperkirakan 9000 tahun
sebelum masehi. Itulah yang dinamakan Etnik Angkola (asli Angkola, bukan
pecahan atau yang memisahkan diri dari Etnik lain).
Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan seperti Sabungan (di kaki
Lubuk Raya), Batunadua, Sipirok/Parau Sorat, Siala Gundi, Muara Tais, Batang
Toru sekitarnya, Batarawisnu, Mandalasena, dan lain-lain.
Etnik Angkola memiliki ciri tersendiri, seperti :
- Falsafah dasar “Dalihan Na Tolu”, sebagai tatanan/pandangan hidup
sampai saat ini tetap dipedomani,
- Adat Istiadat Budaya,
- Pakaian Adat Tersendiri
-Kain Ulos (Abit Godang&sadun) dan kain tenun
- Bahasa dengan Aksara. Bahasa yang kaya dengan tingkatan
penggunaannya; bahasa Biasa (digunakan dalam komunikasi sehari-hari), Andung
(bahasa halus), Bura (bahasa Kasar) atau yang lainnya dapat diperdalam melalui
Impola ni Hata. Aksara Angkola dengan tulisan tersendiri. Jika dibaca menurut
ejaan Latin adalah A, HA, MA, NA, RA, TA, I, JA, PA, U, WA, SA, DA,BA, LA, NGA,
KA, CA, NYA, GA, YA (Konsonan Ina ni Surat). Dilengkapi dengan symbol
yang menandakan perubahan bunyi Vokal E, I, O dan U serta symbol pembatas
disebut Pangolat menandakan huruf mati, misalnya NGA menjadi NG, dan lain-lainnya.
Bentuk huruf/abjadnya jelas ada tersendiri lain dari aksara etnik lainnya.
- Mempunyai Kesenian dan Alat-alatnya.
- Ornamen khas.
- Tutur (adab panggilan), dalam pergaulan sehari-hari mempunyai
tidak kurang dari 135 jenis Tutur/Sapaan.
- Buku Adat Budaya Angkola (lengkap) ditulis oleh Stn. Tinggibarani
Siregar dan lain-lain ciri khas kebudayaannya, telah dianut secara turun
temurun.
Bahasa dan Aksara Angkola dahulu dipergunakan menjadi salah satu
mata pelajaran disekolah SD dan SMP/sederajat diseluruh Tapanuli Selatan, baik
pelajaran Tata Bahasa (Impola ni Hata), Bahan Bacaan (Turi-turian) dan
lain-lain dipergunakan adalah versi Angkola, dengan berbagai macam
bahan/pedoman hidup bermasyarakat, sebagai dasar dalam berbudi pekerti.
Aksara Angkola
Contoh Pantun Dan
Gurindam Dalam Aksara Angola:
1.Pantun
Contoh Pantun Dalam Aksara Angkola